
Presiden Prabowo Subianto secara resmi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia kini membuka akses luas bagi kampus asing dan rumah sakit asing untuk beroperasi di Indonesia. Kebijakan ini menjadi bagian dari keterbukaan Indonesia terhadap partisipasi asing di berbagai sektor strategis, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo dalam kunjungannya ke Brussels, Belgia, saat bertemu dengan Presiden Dewan Eropa António Costa, pada Minggu, 13 Juli 2025. Dalam pertemuan yang dipantau melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia sudah mulai membuka banyak sektor untuk kerja sama dengan asing sejak dua tahun terakhir.
Dalam keterangannya, Prabowo menyebut bahwa pembukaan sektor pendidikan dan kesehatan adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas layanan dan daya saing Indonesia di kancah global.
“Dalam dua tahun terakhir, kami telah membuka banyak sektor untuk partisipasi asing,” kata Prabowo.
750 x 100 AD PLACEMENT
Langkah ini akan memungkinkan rumah sakit asing dengan teknologi tinggi dan standar layanan internasional hadir di Indonesia. Demikian pula dengan kampus asing, yang diharapkan bisa menghadirkan kualitas pendidikan dunia tanpa perlu masyarakat Indonesia pergi ke luar negeri.
Kebijakan ini juga sejalan dengan arah reformasi sistem pendidikan nasional, di mana pemerintah mendorong transformasi mutu dan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan global.
Presiden Prabowo menekankan pentingnya interaksi budaya dan pendidikan antara Indonesia dan negara-negara Eropa. Ia menyatakan bahwa sistem hukum dan ekonomi Indonesia banyak terinspirasi dari Eropa, dan hubungan historis ini perlu terus diperkuat melalui pertukaran ilmu dan kerja sama pendidikan.
“Banyak pemimpin kami berpendidikan di Barat. Sistem hukum kami banyak dipengaruhi oleh Eropa, juga secara ekonomi,” ujar Prabowo.
750 x 100 AD PLACEMENT
Pemerintah Indonesia saat ini bahkan mengirimkan ribuan mahasiswa setiap tahun ke Eropa dalam skema beasiswa negara. Data yang disampaikan Presiden menunjukkan bahwa sejak beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mendanai sekitar 11.784 mahasiswa untuk belajar ke Eropa. Ini belum termasuk mahasiswa yang berangkat dengan biaya pribadi.
Dalam konteks diplomasi internasional, Prabowo juga menegaskan bahwa Indonesia dan Eropa memiliki kesamaan visi dalam menjaga perdamaian global. Menurutnya, perdamaian hanya bisa diwujudkan melalui pemerataan kemakmuran.
“Tanpa kemakmuran, tidak akan pernah ada stabilitas. Jadi, ini siklus yang harus kita jaga,” ujar Prabowo.
Pandangan ini menjadi pondasi kuat dalam menjalin kerja sama strategis antara Indonesia dan Uni Eropa dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, keamanan, lingkungan, dan kebudayaan.
Selain pertemuan bilateral dengan Presiden Dewan Eropa, Prabowo juga menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels.
Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan Eropa. Dengan CEPA, berbagai produk Indonesia akan memiliki akses pasar yang lebih luas dan mudah di kawasan Eropa, serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global.
Dalam lawatannya ke Brussels, Prabowo tidak sendiri. Ia didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi dalam Kabinet Merah Putih, antara lain:
Kehadiran mereka menunjukkan kuatnya komitmen pemerintah dalam memperkuat hubungan bilateral dan kerja sama strategis Indonesia–Eropa.
Kebijakan membuka akses rumah sakit dan kampus asing di Indonesia mencerminkan visi Presiden Prabowo untuk menjadikan Indonesia lebih terbuka, modern, dan kompetitif secara global. Ini bukan sekadar kebijakan ekonomi, tetapi bagian dari strategi besar untuk mendorong transformasi kualitas sumber daya manusia dan layanan publik di Tanah Air.
Dengan kemitraan ekonomi yang lebih luas melalui CEPA, serta kolaborasi pendidikan dan kesehatan lintas negara, Indonesia tengah melangkah menuju masa depan yang lebih inklusif, sejahtera, dan berdaya saing tinggi.
Sumber: Tempo.co